mengikuti beberapa saran dari teman2 fb,setelah dhuhur, saya keluar masjid dan mendapati kakek tua penjual rujak yang juga jamaan tetap di masjid tsb. saya ikut2 an membeli rujaknya. Gerak lambat dan punggung yang sudah membungkuk menandakan usainya yang sudah sangat tua, sekitar 65- 70 thn perkiraanku, jangan heran apabila para pedagang keliling spt ini bisa berjalan ber puluh-puluh kilometer setiap harinya untuk menjajakan dagangannya. bila kita ambil teori sebab akibat, itu juga yang mungkin menjadikan tubuhnya yang sudah renta tetap terlihat sehat,....dibanding orang2 seumuran dengannya....
Barakallah ya syeikh (kakek tua)....
kadang kalo dipikir aneh juga....
Entah berapa persen gaji yg saya terima adalah pajak yg mereka bayarkan, dari produksi/perdagangan barang (pakaian, makanan, dll) serta jasa yg mereka beli.
robbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana lanakunanna minal khosirin
Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak Engkau ampuni kami dan merahmati kami, tentulah kami menjadi orang yang rugi.
Kalaulah dirasa ada aparatur negara yg kurang baik, ada baiknya kita mulai berfikir, setelah orde baru berakhir, rakyat sangat bebas untuk memilih siapa saja yang dapat duduk dalam lembaga legislatif (wakil rakyat) dan pucuk pimpinan eksekutif (presiden, gubernur, bupati, kepala desa)
bukankah para pimpinan eksekutif danlegislatif tersebut yang nantinya akan mengambil kebijakan-kebijakan strategis termasuk menentukan besaran pajak dan penggunaan APBN/APBD.
Mereka juga yg memilih orang orang penting, termasuk para pimpinan yudifkatif, pimpinan penegak hukum dan para menteri. Munculnya tokoh-tokoh seperti Jokowi, Ridwan Kamil, Risma adalah pilihan rakyat.
Lahirnya para pemimpin yang kurang amanah pada dasarnya diawali oleh kesalahan rakyat dalam memilih para pemimpinnya, kesalahan itu disebabkan oleh:
Apabila anda menjual suara anda dengan sejumlah uang serangan fajar (money politics)...Jika menerima uang tersebut kita anggap sebagai menerima gratifikasi (korupsi), maka kitalah sebagai rakyat yang sudah medahului melakukan korupsi dan jangan heran bila orang yang telah kita pilih tersebut juga nantinya melakukan korupsi...dan ada kemungkinan uang hasil korupsi tersebut dia pakai lagi untuk biaya politik (serangan fajar) untuk pemungutan suara periode berikutnya....sebuah siklus politik uang.
Nb:
Setelah sampai rumah, istri saya berkomentar,
"tau saja kalo aku lagi pengen rujak"....ujarnya :-)
Barakallah ya syeikh (kakek tua)....
Kakek Tua Penjual Rujak
Entah berapa persen gaji yg saya terima adalah pajak yg mereka bayarkan, dari produksi/perdagangan barang (pakaian, makanan, dll) serta jasa yg mereka beli.
robbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana lanakunanna minal khosirin
Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak Engkau ampuni kami dan merahmati kami, tentulah kami menjadi orang yang rugi.
Kalaulah dirasa ada aparatur negara yg kurang baik, ada baiknya kita mulai berfikir, setelah orde baru berakhir, rakyat sangat bebas untuk memilih siapa saja yang dapat duduk dalam lembaga legislatif (wakil rakyat) dan pucuk pimpinan eksekutif (presiden, gubernur, bupati, kepala desa)
bukankah para pimpinan eksekutif danlegislatif tersebut yang nantinya akan mengambil kebijakan-kebijakan strategis termasuk menentukan besaran pajak dan penggunaan APBN/APBD.
Mereka juga yg memilih orang orang penting, termasuk para pimpinan yudifkatif, pimpinan penegak hukum dan para menteri. Munculnya tokoh-tokoh seperti Jokowi, Ridwan Kamil, Risma adalah pilihan rakyat.
Lahirnya para pemimpin yang kurang amanah pada dasarnya diawali oleh kesalahan rakyat dalam memilih para pemimpinnya, kesalahan itu disebabkan oleh:
- rakyat yang tidak mengenal pemimpinnya, kebaikan dan keburukan mereka, saya pun sering bingung ketika memilih, terutama calon DPRD tingkat 1 dan 2, anggota DPD, Bupati, tidak ada seorang pun yang saya kenal sedikitpun kebaikan dan keburukannya. Hal ini lumrah untuk sebuah negara besar dimana tidak mungkin semua orang saling mengenal, tapi sangat aneh ketika kita salah dalam memilih kepala desa, pada umumnya rakyat desa cenderung mengenal calon kepala desanya dengan baik.
- Money politic, pada negara berkembang dimana sebagian rakyatnya kurang mampu, memang politik uang sangat berpengaruh,berbeda dengan negara-negara kaya, memberikan 100 ribu rupiah pada pemilu di negara maju atau kaya minyak adalah hal yang sia-sia.
Apabila anda menjual suara anda dengan sejumlah uang serangan fajar (money politics)...Jika menerima uang tersebut kita anggap sebagai menerima gratifikasi (korupsi), maka kitalah sebagai rakyat yang sudah medahului melakukan korupsi dan jangan heran bila orang yang telah kita pilih tersebut juga nantinya melakukan korupsi...dan ada kemungkinan uang hasil korupsi tersebut dia pakai lagi untuk biaya politik (serangan fajar) untuk pemungutan suara periode berikutnya....sebuah siklus politik uang.
Nb:
Setelah sampai rumah, istri saya berkomentar,
"tau saja kalo aku lagi pengen rujak"....ujarnya :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar