Saat berada di Jerman, untuk mengakhiri kebiasaan sebagai "Mievora at Training" especially untuk makan malam.... saya kali ini membawa rice cooker dari Indonesia, sebuah rice cooker mini (0,3 Liter) yang saya beli dibuka lapak (sekitar 300rb an).
0,3 L sangat pas untuk makan kami bertiga, kebetulan kali ini peserta dari indonesia berjumlah 3 orang (termasuk saya).
bercerita tentang rice cooker saya jadi ingat pengalaman beberapa tahun yang lalu. Pengalaman kocak...yang masih bisa membuat saya tersenym dan tertawa dalam hati.
Alkisah ada 4 orang yang hijrah ke Jeddah untuk menuntut ilmu di King Abdulaziz University.
kamipun mendapatkan fasilitas furnished apartement, 2 kamar, dapur + ruang tengah, 2 kamar mandi. Satu kamar tidur besar dengan 3 bed kecil untuk 2 orang.
Beberapa hari setelah sampai di Jeddah kamipun berinisiatif untuk membeli rice cooker dan beras. Seperti cerita nasib anak kos, makanan yang paling sering kita makan adalah mie, nasi telur, nasi goreng, nasi sarden, ....nasi sarden agak jarang....karena pada males mbukak kalengnya....kadang kalau libur/senggang kami sempatkan membuat sayur.......terong-sambal favorit kami waktu itu...kadang juga disertai tempe/tahu beli di toko Indonesia.
Tidak ada pembagian tugas yang jelas untuk memasak nasi, silahkan ambil di rice cooker kalau ada, kalau tidak ada ya...silahkan masak.
Celakanya saya adalah orang yang paling tidak betah lapar. Akhirnya saya yang paling sering masak nasi di pagi buta.
Berawal dari keisengan karena males nyuci panci rice cooker yang berisi sedit kerak nasi (nasi yang sudah mengeras), saya pun tidak mencucinya, hanya menambahkan beras, kemudian membilas beras dan nasi kerak yang terdapat dalam panci, menambahkan air dan memasukkan/memasak di dalam rice cooker. Setelah matangpun kami makan dan ternyata tidak ada keluhan dari teman2 yang lain....
Akhirnya selama 4 bulan pertama di Jeddah, karena seringnya saya yang masak setelah subuh, nasi yang kami makan adalah nasi campuran beras dan sedikit kerak....hehehehe....
Hingga semester berikutnya saya berhasil membawa chef cantik dari Jakarta...jadinya saya tidak selalu harus masak sendiri...bisa gantian...
Tapi sepertinya nasi kerak yang saya buat masih memenuhi standar gizi...buktinya...mereka baik2 saja dan tetep pinter2...Master Riza Ainul dan Master Em Ye sedang meneruskan studi S3 di UK..
KH Wahid Muthowal M.Sc tidak hilang hapalan Al Quran nya dan sedang mencari jalan S3 ke Jerman... Pak Dosen UI Kuswantoro Marco Al-ihsan sepertinya beberapa kali makan nasi buatan saya.....tapi buktinya tetep lulus seleksi dosen UI.....
Btw kalau menurut dugaan saya Nasi Instan produk pabrikan, sepertinya mirip nasi kerak, beras nya sudah pernah menjadi nasi dan kemudian dikeringkan lagi.....
0,3 L sangat pas untuk makan kami bertiga, kebetulan kali ini peserta dari indonesia berjumlah 3 orang (termasuk saya).
Memasak Nasi di Rice Cooker 0.3 L
Panci Rice Cooker Kecil Oxone 0.3 L (OX-182)
Rebus Telur di Rice Cooker OX-182
Colokan Listrik di Jerman, Bentuk, Voltase, Frekuensi sama dengan Indonesia
Telur 1,6 EUR dapet 6 biji
bercerita tentang rice cooker saya jadi ingat pengalaman beberapa tahun yang lalu. Pengalaman kocak...yang masih bisa membuat saya tersenym dan tertawa dalam hati.
Alkisah ada 4 orang yang hijrah ke Jeddah untuk menuntut ilmu di King Abdulaziz University.
kamipun mendapatkan fasilitas furnished apartement, 2 kamar, dapur + ruang tengah, 2 kamar mandi. Satu kamar tidur besar dengan 3 bed kecil untuk 2 orang.
Beberapa hari setelah sampai di Jeddah kamipun berinisiatif untuk membeli rice cooker dan beras. Seperti cerita nasib anak kos, makanan yang paling sering kita makan adalah mie, nasi telur, nasi goreng, nasi sarden, ....nasi sarden agak jarang....karena pada males mbukak kalengnya....kadang kalau libur/senggang kami sempatkan membuat sayur.......terong-sambal favorit kami waktu itu...kadang juga disertai tempe/tahu beli di toko Indonesia.
Tidak ada pembagian tugas yang jelas untuk memasak nasi, silahkan ambil di rice cooker kalau ada, kalau tidak ada ya...silahkan masak.
Celakanya saya adalah orang yang paling tidak betah lapar. Akhirnya saya yang paling sering masak nasi di pagi buta.
Berawal dari keisengan karena males nyuci panci rice cooker yang berisi sedit kerak nasi (nasi yang sudah mengeras), saya pun tidak mencucinya, hanya menambahkan beras, kemudian membilas beras dan nasi kerak yang terdapat dalam panci, menambahkan air dan memasukkan/memasak di dalam rice cooker. Setelah matangpun kami makan dan ternyata tidak ada keluhan dari teman2 yang lain....
Akhirnya selama 4 bulan pertama di Jeddah, karena seringnya saya yang masak setelah subuh, nasi yang kami makan adalah nasi campuran beras dan sedikit kerak....hehehehe....
Hingga semester berikutnya saya berhasil membawa chef cantik dari Jakarta...jadinya saya tidak selalu harus masak sendiri...bisa gantian...
Tapi sepertinya nasi kerak yang saya buat masih memenuhi standar gizi...buktinya...mereka baik2 saja dan tetep pinter2...Master Riza Ainul dan Master Em Ye sedang meneruskan studi S3 di UK..
KH Wahid Muthowal M.Sc tidak hilang hapalan Al Quran nya dan sedang mencari jalan S3 ke Jerman... Pak Dosen UI Kuswantoro Marco Al-ihsan sepertinya beberapa kali makan nasi buatan saya.....tapi buktinya tetep lulus seleksi dosen UI.....
Btw kalau menurut dugaan saya Nasi Instan produk pabrikan, sepertinya mirip nasi kerak, beras nya sudah pernah menjadi nasi dan kemudian dikeringkan lagi.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar